Menurut hemat saya, bisnis MLM sudah terbagi dalam perkembangannya. Begitu banyak jenis perusahaan MLM baik itu yang legal ( yang katanya harus menjadi anggota APLI dan memiliki sertifikat SIUPL), ilegal, maupun yang selundupan berusaha mencari simpati masyarakat untuk menjadi anggota mereka. Kebanyakan dari perusahaan MLM ini, 80% meraih simpati anggota baru lewat bonus / sistem / marketing plan yang ditawarkan, 20% sisanya dari produk.
Jika anda tidak percaya silahkan di coba, dalam arti pura-pura saja anda menaruh minat pada bisnis MLM dan berusaha ada seseorang yang akan memprospek anda, kemudian lihat apa yang akan terjadi?
Memang sih, memprospek seseorang dari sisi bonus adalah hal manusiawi. Siapa sih yang tidak mau uang?? Tapi akan jadi bumerang jika nantinya kesan bisnis MLM = UANG. Maksudnya apa? Begini, jika anda sebagai pelaku MLM memberikan sugesti kepada siapa saja yang anda prospek, mengatakan bahwa :
– bisnis MLM adalah untuk mencari uang (tidak usah munafik)
– bisnis MLM adalah jalan pintas mencari uang secara cepat dan singkat
– bisnis MLM adalah bisnis membangun aset, jika aset sudah terkumpul, maka aset akan bekerja untuk kita, sehingga uang akan mengalir sederas air keran
– bisnis MLM bisa membuat anda menjadi jutawan, miliarder, dan sebagainya
– ………………..(silahkan tambahkan sendiri)
Apa yang terjadi jika prospekan anda tidak butuh uang lagi? Apa yang terjadi jika prospekan anda tidak terlalu minat pada cara menghasilkan uang lewat bisnis MLM? Apa yang akan terjadi jika di bisnis MLM adalah bisnis yang tidak gampang menghasilkan uang??? Dan apa yang akan terjadi jika bisnis MLM lebih banyak mengeluarkan uang ketimbang mendapatkannya???
Sudahkah anda berpikir ke arah situ???
Itulah mengapa banyak sekali para pelaku MLM, terutama yang sudah senior malang melintang di dunia MLM mengontrol atau memperbudak pelaku MLM yang masih pemula.
Pelatihan yang dilakukan oleh para senior MLM (lewat support sistemnya) cenderung ke arah cuci otak saja, seperti :
– MLM kitalah yang terbaik dari MLM lain
– Bisnis MLM adalah yang terbaik ketimbang bisnis lain
– Melatih cara menghadapi prospek yang belum kenal dengan MLM nya maupun cara menghadapi prospek yang sudah join MLM lain
– Menjelaskan marketing plan 80% lebih banyak, dan produk hanyalah 20 % saja. Artinya, target uang/bonus lebih penting ketimbang menjual produk dan melayani konsumen.
– Cara menghadapi prospek yang cerewet dan kritis
– Suara upline harus didengar dari pada suara orang tua
– Lebih banyak mengajari cara/tips mengundang prospek ke dalam acara tertentu. Namun yang perlu diwaspadai adalah pelatihan cara mengundangnya yang cenderung ke arah penjebakan.
Itu baru pelatihan dari dalam (support sistem) belum pelatihan dari luar seperti menyewa trainer atau motivator dalam negeri seperti Tung Desem Waringin, Andrie Wongso, Hermawan Kertajaya, maupun dari luar negeri, yang pada intinya dibayar untuk berusaha memberikan bumbu bumbu manis bahwa bisnis MLM begitu pesat perkembangannya ( tidak ada sumber yang kompeten), menciptakan miliyuner baru, bisnis MLM trend yang begitu diminati banyak orang, ketimbang memotivasi dalam hal bagaimana melayani konsumen yang klaim atau komplain mengenai produk/jasa yang ditawarkan, bagaimana meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan ke distributor dan konsumen, bagaimana menghadapi persaingan dengan pebisnis MLM lainnya, bagaimana memprospek konsumen secara baik dan benar.
Sangat jarang di dunia bisnis MLM, terutama di Indonesia yang memberikan informasi dan pelatihan mengenai bisnis MLM di lingkungan universitas maupun umum secara netral dan bukan sebagai ajang mempromosikan perusahaan MLM tertentu. Informasi dan pelatihan yang perlu di berikan adalah :
– apa itu bisnis MLM
– apa konsep bisnis MLM
– kasus penipuan bisnis MLM
– bagaimana menjalankan bisnis MLM yang baik dan benar
– apa yang dijual di bisnis MLM
– siapa saja yang bisa menjadi pelaku bisnis MLM
– penjelasan mengenai siapa saja perusahaan MLM yang telah eksis di Indonesia dan perusahaan MLM mana yang sudah tidak eksis lagi
– dsb
Kalau bisnis MLM memang bagus dan akan booming di masa depan, kenapa hal ini tidak dilakukan???
Bukankah teori yang benar akan menghasilkan praktek yang benar, seperti halnya membuat roti, jika teori membuat roti benar pasti hasil rotinya bagus, empuk, dan enak.
Bersambung……………………………………………………………………….